BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar
adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil / tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang
berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.
Keberhasilan pelaksanaan proses belajar
mengajar ditentukan oleh faktor-faktor internal dan eksternal siswa yang
berarti bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar ditentukan
juga oleh aspek umur siswa. Ha tersebut menegaskan bahwa kematangan siswa untuk
dapat menerima dan mengikuti mata palajaran yang disampaikan guru disekolah
ditentukan oleh tingkat perkembangan umur anak itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang hendak
dikaji dalam hakekat belajar dan pembelajaran antara lain :
1.
Apa saja konsep dasar
pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ?
2.
Bagaimana prinsip belajar anak ?
3.
Apa hakekat strategi pembelajaran anak ?
4.
Bagaimna metode pengajaran pada anak ?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui konsep dasar Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
2.
Untuk mengetahui prinsip belajar anak
3.
Untuk mengetahui strategi pembelajaran
anak
4.
Untuk mengetahui metode pengajaran pada
anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
1.
Proses
Pendidikan dan Pembelajaran pada Anak Usia Dini (PAUD)
Hendaknya
dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui
pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan menempatkan posisi pendidik
sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak. Melalui proses
pendidikan diharapkan dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya
berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru
menjadi dominan.
Pada
masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa
terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan
moral.
Pendidikan
usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan
kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut
menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti : Kelompok Bermain,
Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis maupun Taman Kanak-kanak sangat
tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan.
Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai
suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah satu alasan terbentuknya pendidikan anak
usia dini karena menurut Al-Ghazali, "Anak-anak merupakan amanah dan
tanggung jawab orang tuanya, jiwanya suci murni merupakan permata mahal yang
bersahaja dan bebas dari ukiran dan gambaran dan ia boleh menerima setiap
ukiran dan cenderung kepada apa yang dicenderungkan kepadanya".
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di
jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.
Taman Anak-anak adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Masa peka adalah masa terjadinya
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan
kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal..
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan
melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, karena
inilah yang menjadi konsep dasar pendidikan prasekolah.. Dengan bermain, anak
memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak
mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Frobel sendiri menghendaki adanya suasana yang
sesuai dengan kodrat hidupnya anak-anak. Menurutnya, para guru jangan memasuki
alam anak-anak, seperti ibunya sendiri. Pandanglah hidup anak-anak sebagai
taman.
B.
PRINSIP BELAJAR ANAK
Prinsip belajar anak merupakan ketentuan hukum
yang harus dijadikan pegangan didalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai
suatu hukum prinsip belajar akan sangat menentukan proses dan hasil belajar.
Djaja Djadjuri (1997) mengemukakan bahwa belajar anak berbeda dengan belajar
orang dewasa karena abak belajar setiap saat.
1.
Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan
subjek dalam proses pembelajaran.
2.
Pengaruh tingkat kematangan psikis siswa dalam belajar
Perbagai faktor yang dianggap dapat mempengaruh keberhasilan
proses belajar mengajar dalam kelas adalah faktor kesiapan gru mengajar, metode
yang dipilih guru menyampaikan materi pelajaran, minat dan motivasi siswa
termasuk kesiapan siswa baik pisik maupun sikis untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Oleh karena itu sebelum proses belajar mengajr dialkukan maka
seorang guru harus mampu mengeliminir faktor-faktor tersebut agar secara
afektif dapat mendukung pelaksanaan pembeljaran dalam kelas. Menurut pandangan
Sumadi Suryabrata bahwa: faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
belajar mengajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak meliputi
faktor non sosial dan faktor sosial serta faktor dari luar diri anak meliuti
faktor fisiologis dan fisikologis”.
3.
Belajar anak yang dipengaruhi oleh lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai
empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai
mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara
mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia
di sekitarnya.
Bredecamp & Cople (1997) mengemukakan bahwa “lingkungan harus
memungkinkan anak dapat melakukan proses belajar. Lingkungan tersebut bukan
hanya lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan psikologis”.
Belajar
memiliki tiga atribut pokok ialah:
2.
Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik
yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
3.
Belajar berkat mengalami, baik mengalami
secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan
kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan
fisik dan lingkungan sosial).
a.
Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan
kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan
pembelajaran itu sendiri.
b.
Perhatian atau pemusatan energi psikis
terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian
siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan
atau terhadap situasi pembelajarannya.
c.
Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah
aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi
pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode
dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.
d.
Umpan balik di dalam belajar sangat penting,
supaya siswa segera menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan
balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan
mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
e.
Perbedaan individual adalah individu
tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu
memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing.
Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.
5.
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan
belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat,
siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling
mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
Program belajar dan ruang
lingkup kegiatan belajar anak. Guru harus paham betul karakteristik anak,
sehingga bisa mencari solusi ketika harus meneliti di kelasnya sendiri dalam
rangka menemukan potensi unik anak didiknya.
Tujuan
program kegiatan belajar adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin,
perasaan/ emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan
dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan
kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani. Untuk
mencapai tujuan itu, perlu digunakan metode pengajaran yang sesuai bagi
pendidikan anak.
Ada hal
penting yang harus dikuasai oleh guru agar dapat memahami kemampuan unik anak
didiknya. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh anak yang mengalami
perkembangan seusia adalah sebagai
berikut:
1.
Berkembang menjadi pribadi yang mandiri
2.
Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang
3.
Belajar bergaul dengan anak lain
4.
Mengembangkan pengendalian diri
5.
Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat
6.
Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing
7.
Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar
8.
Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya
9.
Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami orang/anak lainnya
10. Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan
Kesepuluh
kemampuan dasar itulah yang harus sudah ditanamkan pada anak usia. Oleh karena
itu, dibutuhkan berbagai metode pengajaran atau pembelajaran agar apa yang
direncanakan guru dapat membantu anak menguasai dasar kemampuan di atas. Metode
atau cara yang digunakan dalam pembelajaran itu antara lain menggunakan:
1. Metode bermain anak
2. Metode karyawisata anak
3. Metode bercakap-cakap anak
4. Metode demonstrasi bagi anak
5. Metode Proyek bagi anak
6. Metode bercerita bagi anak
7. Metode pemberian tugas bagi anak
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bahwa pembelajar memiliki
kekuatan menjadi manusia, belajar hal bermakna menjadikan hal bermakna bagi
diri, bersifat terbuka, berpartisipasi secara bertanggung jawab, belajar
mengalami secara berkesimbungan dan dengan penuh kesungguhan.
Pendidikan usia dini
merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka
dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut
menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti : Kelompok Bermain,
Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis maupun Taman Kanak-kanak sangat
tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan.
Tujuan
program kegiatan belajar adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/
emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui
kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa,
daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani.
B.
SARAN
Agar seorang pebelajar secara aktif guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna, sehingga mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar. Selain itu, guru harus mampu bertindak sebagai fasilitator dan
memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Bredekamp, Sue, Coppel, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice,
USA: National Association For The Young Children.
Djadja Djadjuri, (1997). Hakikat Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta; Universitas Terbuka
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) ......... 2
B. Prinsip Belajar Anak .......................................................... 4
C. Hakikat Strategi Belajar Mengajar ..................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 9
B. Saran .................................................................................. 9
|
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena laporan hasil makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan hasil makalah ini semata-mata hanya untuk menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas.
Makalah ini menerapkan tentang “ Hakekat
Strategi Pembelajaran “ dengan menyusun makalah ini kita dapat mempunyai ide
kreatif yang bermanfaat. Makalah ini telah disusun dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang sederhana dan sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar, sehingga mudah untuk mempelajari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Segala kritik dan saran demi memperbaiki makalah ini kami nantikan.
Sumbawa
Besar, Mei 2012
Penyusun
|
MAKALAH
HAKEKAT
STRATEGI PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
v
AINUN
v
SUSANA
v
RAMIAH
v
ROHANI
POKJA ALAS
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
|
2012
;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar